Membenci dan Menjadi

Biar kuingatkan lagi. Jika saja nanti kamu lupa. Aku ragu kamu akan melupakannya, karena aku tahu kamu akan terus memikirkannya. Aku pun saat ini seperti itu.

Deny Wasawi
2 min readMay 2, 2020
Photo by Ricardo Gomez Angel on Unsplash

Ada sebuah ungkapan klise yang sering diucapkan orang — hingga aku sudah muak mendengarnya: benci jadi cinta. Kamu tahu, aku sedang tidak membicarakan perihal cinta atau mencintai atau jatuh cinta atau apa pun itu. Ya, aku hanya ingin mengingatkanmu lagi dengan perasaan benci yang pernah kita bicarakan.

Jika membicarakan tentang hal yang kita benci, tentu akan butuh daftar panjang untuk menuliskannya. Dan aku yakin kamu juga tidak hendak memberi tahu semua orang tentang hal-hal apa saja yang kamu benci. Karenanya aku tidak akan menuliskan daftar itu di sini. Namun kita sepakat, ada hal yang pernah kita benci dan yang masih. Aku tidak berbicara akan, karena itu urusanmu.

Aku mengingatkanmu lagi tentang sebuah teori konyol yang pernah kita bicarakan:

Jika kita membenci sesuatu, dan terus membencinya, kita akan menjadi sesuatu yang kita benci itu sendiri.

Apa kamu ingat saat dirimu membenci orang-orang yang berjalan sambil tertunduk menatap layar 6 inci di genggaman mereka? Kamu selalu menganggap mereka menyedihkan dan tidak menyukai sikap mereka. Namun pada akhirnya, kamu jadi pecandu juga seperti mereka. Menyedihkan.

Aku masih ingat betapa dirimu membenci asap rokok yang menyesakkan paru-parumu. Apa yang kamu pikirkan tentang orang-orang yang merusak kesehatannya sendiri itu? Dan kini, apa yang kamu pikirkan saat membakar sebatang sigaret di mulutmu?

Dari hal-hal yang kamu benci, ada yang mampu kamu sudahi dan ada yang masih. Bahkan setelah dirimu menjadi hal yang kamu benci itu, kadang kamu masih membencinya. Itu terdengar seperti ironi.

Aku tidak ingin membencimu atas hal menyedihkan yang kamu alami. Karena aku juga tidak ingin berakhir seperti itu. Aku juga tidak ingin melarangmu melakukan apa yang ingin kamu lakukan. Semua itu pilihanmu.

Hanya saja, aku ingin mengingatkan lagi. Sebaiknya kamu ingat batasan untuk membenci sesuatu. Ada hal yang cukup untuk tidak disukai. Tak perlu memikirkannya secara berlebihan. Tak perlu kesungguhan untuk membenci. Namun, jika hal tersebut masih terus mengganggumu, kamu cukup tidak mempedulikannya saja. Awalnya mungkin akan susah untuk berhenti memikirkannya. Tapi kamu bisa. Aku sudah cukup sering melihatmu bersikap tidak peduli. Dan itu yang kamu butuhkan.

Aku hanya tidak ingin kamu perlahan-lahan membenci dirimu sendiri karena terlalu membenci banyak hal. Apalagi saat kamu menjadi hal yang kamu benci. Terdengar konyol, tapi kamu akan mengerti maksudku.

Kamu selalu mengingatkan dirimu untuk tidak terlalu menyukai sesuatu. Karena semakin kita menyukai sesuatu, semakin kita berharap banyak hal dari itu. Dan harapan itu justru yang merusak kesenangan dari hal yang kita sukai.

Jika kamu bisa bersikap seperti itu pada hal-hal yang kamu sukai. Aku yakin untuk hal-hal yang kamu benci tidak akan terasa sulit. Aku tahu itu.

Bandung, 2 Mei 2020

--

--

Deny Wasawi
Deny Wasawi

Responses (1)